images/lorenza |
Sinar
mentari cukup terik pada hari itu seiring dengan datangnya seorang ibu tua
berusia hampir 50an. Bu Ida, namanya. Ida Farida. Pakaiannya lengkap, rapih,
dan wangi, seperti ingin pergi ke suatu tempat.
Tangannya
tak lepas memegang benda itu, begitu pun dengan matanya. Ia seperti sedang
bingung harus bagaimana. Ia amat resah, serta gelisah. Nyatanya, Ia berencana
akan pergi ke ITC Depok. Membenarkan whatsapp,
katanya. Sebelumnya Bu Ida juga sudah ke konter untuk membenarkan permasalahan
tersebut, namun ternyata tidak bisa.
Walaupun
anak-anaknya sudah besar, namun mereka tidak dapat berbuat banyak. Bu Ida hanya
ingin menghubungi suaminya, hanya itu. Gaji anak-anaknya tidak besar, tidak
dapat terlalu diandalkan. Bagaimana tidak rusak, telepon genggam Bu Ida sudah
keluaran 2015 dimana hal tersebut sudah dapat dikatakan handphone tua. Aplikasi whatsapp
nya tidak dapat kembali diupdate karena terlalu berat alias tidak kombatibel
lagi.
Bu
Ida sama seperti Ibu-ibu lainnya, ia tidak mengerti permasalahan yang
sebenarnya tentang telepon genggamnya itu. Ia hanya sedikit kesal dan berpikir
seperti “kenapa kok mba-mba konter ngga bisa benerin hp aku? Masa dia ngga bisa
benerin.”
Google
playstore nya tidak bisa berfungsi, layarnya sudah tidak sensitif lagi. Bahkan,
saat memencet sesuatu sekitar 20 detik kemudian layar tersebut baru akan
bergerak. Saat ditanyakan mengenai email untuk login ke akun google playstore
nya, bu Ida nampak bingung. Jawabannya sangatlah polos, “email itu apa? Beli dimana?
Mahal ngga?”
Di
Stasiun Citayam, Bu Ida bertemu seorang anak muda yang mencoba membantu
membenarkan handphone nya. Akhirnya,
bu Ida memutuskan untuk tidak jadi pergi ke ITC Depok. Takut ditembak harga
juga, katanya.
Bu
Ida memiliki hati yang baik. Bahkan, saat tidak memiliki uang yang banyak pun
bu Ida membelikan pemuda itu minum, walaupun ia sudah berulang kali menolak. Ucapan
terima kasih, katanya. Ia memiliki harapan dan dengan semangat menceritakan
tentang suaminya selama mereka bersama.
Karena
memang handphone tersebut benar-benar
sudah tua, pemuda itu gagal membenarkan. Namun, Bu Ida masih tidak mengerti, ia
masih bingung. Ia bingung karena ia tidak menyimpan nomor telepon anak-anak
serta suaminya. Semuanya ada di whatsappnya, dan ia tidak pernah menyimpan
nomornya. Ia tidak mengerti.
“tapi
ibu masih bisa telepon anak Ibu kan ya?”
“suami
Ibu bisa kan?”
Berulang
kali Ibu itu bertanya, berulang kali pula pemuda itu menjawab. Bu Ida bilang,
anaknya tidak pernah mengajarinya sehingga dia tidak tahu. Dengan hati yang
berat, bu Ida tersenyum sembari mengucapkan terimakasih. Ia juga meminta pemuda
itu menyimpan nomornya, begitu pun sebaliknya, untuk memberitahu sewaktu-waktu
whatsappnya sudah benar.
Tidak ada komentar: