Email Beli Dimana? - lorenzaferary

Minggu, 06 Oktober 2019

Email Beli Dimana?

images/lorenza


Sinar mentari cukup terik pada hari itu seiring dengan datangnya seorang ibu tua berusia hampir 50an. Bu Ida, namanya. Ida Farida. Pakaiannya lengkap, rapih, dan wangi, seperti ingin pergi ke suatu tempat.
Tangannya tak lepas memegang benda itu, begitu pun dengan matanya. Ia seperti sedang bingung harus bagaimana. Ia amat resah, serta gelisah. Nyatanya, Ia berencana akan pergi ke ITC Depok. Membenarkan whatsapp, katanya. Sebelumnya Bu Ida juga sudah ke konter untuk membenarkan permasalahan tersebut, namun ternyata tidak bisa.
Walaupun anak-anaknya sudah besar, namun mereka tidak dapat berbuat banyak. Bu Ida hanya ingin menghubungi suaminya, hanya itu. Gaji anak-anaknya tidak besar, tidak dapat terlalu diandalkan. Bagaimana tidak rusak, telepon genggam Bu Ida sudah keluaran 2015 dimana hal tersebut sudah dapat dikatakan handphone tua. Aplikasi whatsapp nya tidak dapat kembali diupdate karena terlalu berat alias tidak kombatibel lagi.
Bu Ida sama seperti Ibu-ibu lainnya, ia tidak mengerti permasalahan yang sebenarnya tentang telepon genggamnya itu. Ia hanya sedikit kesal dan berpikir seperti “kenapa kok mba-mba konter ngga bisa benerin hp aku? Masa dia ngga bisa benerin.”
Google playstore nya tidak bisa berfungsi, layarnya sudah tidak sensitif lagi. Bahkan, saat memencet sesuatu sekitar 20 detik kemudian layar tersebut baru akan bergerak. Saat ditanyakan mengenai email untuk login ke akun google playstore nya, bu Ida nampak bingung. Jawabannya sangatlah polos, “email itu apa? Beli dimana? Mahal ngga?”
Di Stasiun Citayam, Bu Ida bertemu seorang anak muda yang mencoba membantu membenarkan handphone nya. Akhirnya, bu Ida memutuskan untuk tidak jadi pergi ke ITC Depok. Takut ditembak harga juga, katanya.
Bu Ida memiliki hati yang baik. Bahkan, saat tidak memiliki uang yang banyak pun bu Ida membelikan pemuda itu minum, walaupun ia sudah berulang kali menolak. Ucapan terima kasih, katanya. Ia memiliki harapan dan dengan semangat menceritakan tentang suaminya selama mereka bersama.
Karena memang handphone tersebut benar-benar sudah tua, pemuda itu gagal membenarkan. Namun, Bu Ida masih tidak mengerti, ia masih bingung. Ia bingung karena ia tidak menyimpan nomor telepon anak-anak serta suaminya. Semuanya ada di whatsappnya, dan ia tidak pernah menyimpan nomornya. Ia tidak mengerti.
“tapi ibu masih bisa telepon anak Ibu kan ya?”
“suami Ibu bisa kan?”
Berulang kali Ibu itu bertanya, berulang kali pula pemuda itu menjawab. Bu Ida bilang, anaknya tidak pernah mengajarinya sehingga dia tidak tahu. Dengan hati yang berat, bu Ida tersenyum sembari mengucapkan terimakasih. Ia juga meminta pemuda itu menyimpan nomornya, begitu pun sebaliknya, untuk memberitahu sewaktu-waktu whatsappnya sudah benar.


Tidak ada komentar:

@way2themes